Sarajevo (GEKIRA) – Siang tadi, bersama rombongan kami tiba di Sarajevo Bosnia, negara bekas Yugoslavia. Kalau mendengar nama Sarajevo pasti bayangan kita langsung pada peperangan berkepanjangan pasca berpisah dari Yugoslavia.

Namun, Bosnia hari ini adalah negara yang sedang menata kembali kehidupannya menjadi lebih baik. Kami dijemput di bandara oleh Dubes Bosnia, Ibu Amelia Yani putri sang pahlawan revolusi Jenderal Anumerta Ahmad Yani.

Ibu Amelia adalah saksi hidup penembakan ayahnya pada peristiwa G30SPKI. Tentang beliau dan ayahnya, saya banyak membaca dari buku-buku dan ulasan sejarah. Namun hari ini saya dapat bertemu dan mendengar langsung kisah penembakan ayahnya pada peristiwa G30SPKI.

Saya masih ingat tulisannya dalam kata pengantar bukunya yang berjudul “Ahmad Yani Tumbal Revolusi”. “Kau putriku untuk apa bapak ini berkorban, apakah untuk sesuatu atau tidak untuk sesuatu? Apakah sia-sia pengorbanan itu? apakah arti dari jenazah yang telah menyatu dengan tanah ini? Jawablah anakku, karena hanya engkau dan seluruh putra-putri bangsa ini yang dapat memberi jawaban maupun yang dapat memberi arti dari pengorbanan kami ini.”

“Isi hati tersisa” dari Amelia A. Yani di atas adalah kata-kata terakhir yang beliau tulis dalam bukunya “Achmad Yani Tumbal Revolusi” yang cetakan V-nya terbit tahun 2007 lalu. Buku ini diterbitkan untuk mengenang sebuah peristiwa, gugurnya seorang Prajurit TNI, Letnan Jenderal TNI Achmad Yani, Pada 1 Oktober 1965 peristiwa Lubang Buaya.

Tidak heran jika pertemuan kami bersama Ibu Amelia Yani adalah pertemuan ke-Indonesia-an di Bosnia. Kami tidak saja berbicara soal Bosnia dan hubungannya dengan Indonesia saat ini, tetapi banyak juga berkisah soal masa-masa kelam bangsa Indonesia tahun 1965. Nasionalisme menyeruak. Jenderal Ahmad Yani telah menjadi tumbal revolusi. Tetapi pengorbanan mereka tak mesti disia-siakan. Kita perlu mengambil spirit perjuangan mereka untuk menata dan membangun bangsa ini hari ini dan hari-hari selanjutnya.

Salam dari Sarajevo, Bosnia. #fary 23/11-18

Fary Francis : Ke-Indonesia-an di Bosnia Herzegovina
Tag pada:        

Tinggalkan Balasan