Jakarta (GEKIRA) – Aktif sejak muda di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) membuat Fary Djemy Francis sensitif terhadap persoalan-persoalan riil rakyat kecil. Kepiawaiannya berbicara rakyat kecil membuat politisi Partai Gerindra yang juga anggota DPR RI dari daerah pemilihan Nusa Tenggara Timur 2 (NTT 2) ini menduduki jabatan-jabatan bergengsi di DPR maupun Partai.

Bagaimana Fary mengemban amanah yang dipercayakan kepada dirinya dan bagaimana ia merawat kepercayaan itu? Berikut diungkap Ketua Komisi V DPR RI, Ketua Fraksi Gerindra MPR-RI dan Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Kristiani Indonesia Raya (PP GEKIRA) Fary Djemy Francis, dalam wawancara khusus dengan GEKIRA, di Kantor Fraksi Gerindra, DPR-RI, Selasa (23/10/2018). Berikut petikan wawancaranya.

Bagaimana perjalanan politik Bapak sebagai anggota legislatif?

Pada periode pertama sebagai anggota DPR RI (2009-2014), saya hanyalah anggota biasa.  Saat itu jumlah kursi Partai Gerindra di DPR RI sebanyak 26 kursi. Pada Pemilu tahun 2014, Partai Gerindra mengalami lonjakan perolehan kursi menjadi 73 kursi. Jumlah ketiga terbesar  di parlemen berbanding lurus dengan pencapaian Partai Gerindra sebagai partai nomor urut ketiga di republik ini.

Aktif sejak muda di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) membuat Fary sensitif terhadap persoalan-persoalan riil rakyat kecil terutama petani. Foto (pribadi)

Di periode kedua ini (2014-2019) saya mendapatkan kepercayaan demi kepercayaan yang tidak saya duga sebelumnya. Amanah ini mesti dijaga. Kepercayaan harus dirawat. Terima kasih atas kepercayaan Partai Gerindra dan Ketua Dewan Pembina/Ketua Umum Partai Gerindra, Bapak Prabowo Subianto.

Dipercaya sebagai Ketua Komisi V DPR RI

Kepercayaan yang diberikan kepada saya sebagai Ketua Komisi V DPR RI adalah salah satu amanah yang tidak saya bayangkan sebelumnya. Bahkan, saya hampir tidak memiliki  harapan untuk meraih posisi itu. Saya tahu benar, jabatan Ketua Komisi adalah jabatan  strategis yang diincar banyak orang dan banyak partai. Apalagi saat itu parlemen masih terpolarisasi dalam dua kubu yaitu Koalisi Kebangsaan dan Koalisi Merah Putih (KMP).

Dalam tubuh KMP sendiri terjadi lobi-lobi seru untuk mendapatkan posisi-posisi penting  dalam alat kelengkapan dewan baik di komisi, maupun badan badan.

Pasangan Prabowo-Hatta kalah di Dapil Bapak waktu Pilpres 2014 tetapi justru Prabowo memilih Bapak menjadi Ketua Komisi V DPR RI. Bagaimana tanggapan Bapak?

Seperti tidak percaya awalnya ketika saya diberitahu bahwa Bapak Prabowo Subianto  menugaskan saya sebagai Ketua Komisi V DPR RI.

Beberapa alasan saya. Pertama, dalam Pilpres 2014, pasangan Prabowo-Hatta kalah di NTT dan di daerah pemilihan saya. Hanya 34 persen warga NTT yang mendukung pasangan Prabowo-Hatta ini. Artinya, atas kekalahan ini sebagai koordinator Dapil NTT saya mesti menerima teguran atau peringatan, bukan kepercayaan. Ini logika saya.

Kedua, jika dilihat dari sebaran jumlah kursi, NTT hanya menyumbang 2 kursi. Jauh sekali dari pencapaian jumlah kursi di daerah pemilihan lain. Mengapa kepercayaan sebagai Ketua Komisi V tidak diberikan kepada teman-teman lain dari daerah lain yang menyumbang lebih  banyak kursi? Bukankah masih ada kader lain yang lebih mampu, mumpuni, berpengalaman  untuk menerima kepercayaan ini? Ini beberapa hal yang terus bercokol dalam benak saya.

Sebenarnya apa yang Prabowo harapkan dari Bapak?

Setelah menerima jabatan Ketua Komisi V DPR RI, saya menghadap Bapak Prabowo Subianto untuk melaporkan situasi dan meminta arahan. Satu hal yang saya tetap ingat hingga kini adalah kata-kata beliau. “Fary, saya percayakan anda sebagai Ketua Komisi V untuk   suarakan dan bangun Indonesia Timur.”

Ternyata, inilah alasan mengapa Bapak Prabowo memberi kepercayaan kepada saya. Ia tahu  sebagai anak Indonesia Timur, saya memahami kondisi daerah Indonesia Timur yang masih jauh dari sentuhan pembangunan infrastruktur. Ia mau agar melalui tangan, hati dan pikiran anak-anak Indonesia Timur sendiri, daerah di Timur ini bisa dibangun dan diperjuangkan menjadi lebih baik.

Beliau malah meminta saya sebagai Ketua Komisi V untuk mendukung program-program pemerintah yang berpihak pada kepentingan rakyat. Untuk kebutuhan dan kepentingan rakyat, ego partai, ego koalisi harus ditanggalkan.

Bagi saya, kepercayaan yang diberikan oleh Partai melalui penugasan Bapak Prabowo adalah suatu amanah. Karena kepercayaan ibarat talenta, maka ia mesti dikembangkan dan dijalankan dengan baik. Pembangunan infrastruktur di Indonesia Timur dan daerah tertinggal  lainnya menjadi fokus. Bagi saya, hidup ini adalah kesempatan, yang harus menjadi berkat. Waktu Tuhan jangan disia-siakan. Kepercayaan partai jangan disepelekan.

Bagaimana perjalanan politik Bapak di Partai Gerindra?

Partai Gerindra mendapatkan 73 kursi hasil Pemilu legislatif tahun 2014. Dari jumlah itu ada wajah-wajah lama dan ada pula wajah-wajah baru. Fraksi sebagai perpanjangan tangan partai di parlemen membutuhkan figur-figur untuk menjalankan roda fraksi.

Pertemuan fraksi segera diadakan. Keputusannya adalah menyerahkan sepenuhnya  kewenangan untuk menentukan pimpinan fraksi kepada Ketua Dewan Pembina Partai  Gerindra, Bapak Prabowo Subianto. Keputusan pun tiba. Sebagai Ketua Fraksi ditunjuk Ahmad Muzani, yang juga adalah Sekretaris Jenderal DPP Partai Gerindra. Sedangkan saya ditunjuk sebagai Sekretaris Fraksi.

Lagi-lagi Bapak Prabowo memberikan kepercayaan itu kepada saya. Menjalankan roda  kepemimpinan fraksi bukan hal yang mudah. Di balik kesibukan saya sebagai Ketua Komisi V DPR RI, saya juga harus membagi waktu dan peran untuk mengurus rumah tangga fraksi.

Mulai dengan mengorganisir teman-teman sefraksi yang tersebar di berbagai komisi dan  badan, mempersiapkan pendapat dan memastikan pandangan fraksi, merespons isu-isu politik yang butuh sorotan fraksi hingga urusan-urusan internal fraksi lainnya.

Saya menerima kepercayaan ini sebagai tanggung jawab. Saya yakin pimpinan partai memberikan kepercayaan ini bukan tanpa pertimbangan. Tentu segala aspek sudah diperhitungkan. Apapun penugasan partai, saya tetap berjuang menjalankannya secara maksimal.

Menyatukan kekuatan dari puluhan anggota fraksi, merekatkan perbedaan perbedaan yang ada, adalah pekerjaan yang tidak dapat dibangun di atas fundasi kepongahan kuasa. Tetapi dalam kerendahan hati, loyalitas, percaya pada penyelenggaraan Tuhan, saya menjalankan penugasan-penugasan ini.

Bapak kembali dipercaya Prabowo sebagai Ketua Fraksi Gerindra MPR RI. Bagaimana tanggapan Bapak?

Selama kurang lebih 4 tahun dipercayakan sebagai Sekretaris Fraksi Gerindra DPR RI, partai melakukan rolling pimpinan fraksi. Hal ini juga untuk merespons dinamika-dinamika politik di  parlemen. Ketua Fraksi, Ahmad Muzani ditunjuk sebagai Wakil Ketua MPR RI. Posisi Ketua Fraksi dijabat oleh Edhi Prabowo.

Sementara sekretaris fraksi yang baru adalah Desmond Mahesa. Saya merasa cukup lega karena sudah tidak terlalu sibuk dalam urusan-urusan fraksi lagi. Hanya fokus pada tanggung jawab sebagai Ketua Komisi V DPR RI.

Saya hanyalah alat untuk melayani rakyat dengan kepercayaan dan amanah yang saya terima. Pro bono publico, pro bonum commune. Itulah nilai sejati kepercayaan demi kepercayaan ini. Foto (pribadi)

Namun, ketika sedang berada di dapil, saya diminta untuk segera ke Jakarta. Ternyata, kepercayaan baru sudah menanti saya. Lepas dari posisi sekretaris Fraksi, saya ditugaskan  oleh pimpinan partai menjadi Ketua Fraksi Gerindra MPR RI. Lagi-lagi saya bertanya dalam hati, mengapa partai memberikan kepercayaan kepada saya, Saya merefleksikan hal tersebut. Jika di fraksi DPR, setiap orang ditempa menjadi politisi yang baik, maka di fraksi MPR, setiap orang ditempa menjadi negarawan. Ini tentu berkaitan dengan tugas-tugas MPR yang  lebih fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan yakni Pancasia, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika.

Bagaimana Bapak menjawab isu negatif yang menyebut Gerindra adalah Partai Radikal dan pendukung gerakan khilafah?

Posisi menjadi Ketua Fraksi MPR ini bertepatan dengan beragam isu negatif seputar Partai Gerindra seperti radikalisme dan gerakan khilafah yang berikhtiar mengganti Pancasila. Saya diminta oleh Partai untuk fokus memikirkan dan mengkaji beragam isu ini. Gerakan radikal yang dinilai sebagian kalangan dipicu oleh kedekatan Gerindra dengan partai koalisi tertentu.

Bukan radikalisme yang dibangun tetapi semangat koalisi bersama untuk membangun bangsa. Gerakan khilafah pun tak ada tempatnya. Karena ideologi Partai Gerindra adalah Pancasila. Gerindra justru berada di garda paling depan untuk mempertahankan Pancasila dan UUD 1945.

Tahun ini, Fary masuk menjadi Legislator Berdedikasi dari Obsession Media Group. Foto (pribadi)

Bagi Gerindra, Pancasila bukan mantra tetapi landasan operasional segala tindakan. Tidak cukup dengan membantuk lembaga ini itu untuk mengkajinya. Tetapi sudah harus menjadikannya bagian dari karakter kehidupan berbangsa dan bernegara.

Mungkin banyak kalangan juga yang belum mengetahui bahwa Bapak Prabowo Subianto berasal dari keluarga Pancasila, yang sudah menjalankan dan menghidupkan toleransi sejak dari kandungan ibu. Perbedaan suku dan keyakinan bukan hambatan, bukan ancaman tetapi kekayaan.

Dalam keluarga Prabowo, respek terhadap keberagaman dan keyakinan yang lain adalah  kenyataan. Prabowo sendiri adalah seorang muslim. Adiknya, Hashim Djoyohadikusumo adalah seorang Kristen Protestan. Kakak perempuannya menganut agama Katolik dan menikah dengan Soedrajad Djiwandono. Ibu kandungnya ibu Dora Sigar seorang dari  Indonesia  Timur (Sulawesi  utara), hingga  meninggal pun adalah seorang kristen, sementara Bapaknya Prof. Soemitro Djojohadikuso seorang Muslim lahir di Kebumen (Jawa Tengah). Soal keragaman, respek, toleransi, bukan sekedar teori. Itu adalah darah daging yang dihidupkan dan menghidupkan.

Sebagai Ketua Umum GEKIRA, apa yang Bapak inginkan dari kader-kader GEKIRA?

Akhir Tahun 2017, saya diminta memimpin salah satu organisasi sayap partai GERINDRA yang bernama Gerakan Kristiani Indonesia Raya (GEKIRA). Bagi saya, GEKIRA adalah  alat perjuangan yang dapat mempercepat tercapainya tujuan-tujuan hidup berbangsa, tujuan  berpartai. Partai Gerindra sering difitnah dengan berbagai opini seperti radikalisme, isu Sara.

Bahkan, persoalan Ahok di DKI telah menjadi alasan untuk menciptakan kisah bahwa Gerindra anti kristen. Berhadapan dengan kondisi-kondisi seperti ini, GEKIRA harus tampil  di depan untuk menjelaskan secara benar.

Sebagai pimpinan, pengurus dan aktivis GEKIRA, kami harus tampil di depan untuk menjelaskan hal-hal ini kepada publik.

Spirit GEKIRA adalah fermentum mundi (ragi dunia). Ragi yang walau kecil memiliki peran penting dalam mengembangkan adonan sehingga dapat dinikmati manfaatnya oleh banyak orang. Setiap pengurus dan anggota GEKIRA adalah fermentum mundi itu.

GEKIRA zaman kini adalah orang-orang yang terpanggil menjadi agen perdamaian. Saya ingat ungkapan hati Bapak Prabowo Subianto, Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra saat menerima kunjungan pelayan persekutuan Gereja Pentakosta Indonesia (PGPI) tanggal 30 November 2017. “Dalam kondisi bangsa yang masih sering dilanda konflik, keadaan ekonomi yang belum membaik, situasi sosial politik yang kerap bikin gaduh, setiap kader Gerindra diminta untuk menjadi agen perdamaian. Menjadi agen perdamaian itu wujud nyatanya mencintai sahabat dan merangkul lawan/musuh. Kita harus mencinta sahabat kita.

Tetapi kita tidak harus membenci musuh kita. Lawan harus dirangkul jika kita adalah pembawa damai. Setiap agen perdamaian harus berdiri di tengah-tengah, pada pendulum keseimbangan. Ketika saya berkomunikasi dengan kelompok kiri, orang menilai saya memihak kelompok tersebut. Tatkala saya bersama kelompok kanan, orang menilai saya pro kanan. Padahal baik kawan maupun lawan mesti diajak berkomunikasi, dirangkul untuk  bersama-sama membangun bangsa. Soal keragaman di tanah air ini sudah final. Pluralisme itu jiwa raga kita. Kita harus mengusahakan perdamaian daripada menjadi pemecah belah persatuan.”

Apa filosofi amanah dan kepercayaan bagi Bapak?

Dengan beragam amanah dan kepercayaan ini, setiap kader partai diberi kesempatan untuk mematangkan diri melalui penugasan-penugasan partai agar dapat menjadi kader yang besar: besar hatinya, besar raganya, besar jiwanya untuk Indonesia raya.

Terima kasih atas kepercayaan Partai Gerindra dan Ketua Dewan Pembina/Ketua Umum Partai Gerindra, Bapak Prabowo Subianto atas kepercayaan demi kepercayaan yang diberikan kepada saya. Sebagai anak daerah Indonesia Timur, amanah-amanah ini adalah  bukti bahwa Indonesa Timur dengan segala konteksnya selalu ada dalam hati dan pikiran  Bapak Prabowo. Membangun Indonesia dari Timur dan membangun Indonesia Timur adalah  juga agenda perjuangan Partai Gerindra melalui para kadernya baik di legislatif maupun eksekutif.

Sebagai wujud tanggung jawab saya terhadap berbagai kepercayaan ini, maka saya tetap berkomitmen untuk terus bekerja dan melayani rakyat khususnya di wilayah Indonesia Timur dan Daerah Tertinggal  lainnya.

Bapak Fary bersama Istri dan ketiga buah hatinya. Foto (pribadi)

Setiap saat bila ada kesempatan saya selalu datang ke kampung kampung, berjalan melintasi desa berjumpa dengan para sahabat para petani, nelayan, orang-orang tua di kampung, di pelosok. Saya menyerap aspirasi, mendengarkan isi hati mereka dan berjuang bersama  pemerintah menjawab kebutuhan mereka dalam aspek pembangunan infrastruktur. Hanya dengan cara ini, kepercayaan yang saya terima bermanfaat bagi banyak orang. Saya hanyalah alat untuk melayani rakyat dengan kepercayaan dan amanah yang saya terima. Pro bono  publico, pro bonum commune. Itulah nilai sejati kepercayaan demi kepercayaan ini. []

Profil

Nama    : Fary Djemy Francis

Istri        : Yoca O. Yohannes

Anak      : Frisky V. Francis; Serena C. Francis; Fhytho B. Francis

Pekerjaan dan Organisasi

  1. Ketua Komisi V (Infrastruktur) DPR RI
  2. Ketua Fraksi Gerindra MPR RI
  3. Ketua DPP Partai Gerindra Bidang Percepatan Pembangunan Daerah
  4. Ketua Umum PP Gerakan Kristiani Indonesia Raya (GEKIRA)
  5. Wakil Ketua Umum DPN Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI)
  6. Ketua Umum DPP Pemuda Tani Indonesia (PTI)
  7. Ketua DPP Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI)
  8. Majelis SINODE Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT)
  9. Ketua PD XXVI Forum Komunikasi Putera Puteri Purnawirawan TNI/ POLRI (FKPPI)

Pendidikan

  1. Program Doktor (S3) pada Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia.
  2. Magister Manajemen Agribisnis (S2) pada Institut Pertanian Bogor.
  3. Peace and Resolution Conflict pada Program Ohio University, USA.
  4. Sarjana Sosial Ekonomi Pertanian (S1) pada Universitas Timor Leste, Dili.
Mengemban Amanah dan Merawat Kepercayaan Ala Fary Djemy Francis

Tinggalkan Balasan