Oleh: Agnes Marcellina Tjhin
GEKIRA.or.id | Rapat Pimpinan Nasional atau Rapimnas Partai Gerindra yang diselenggarakan pada tanggal 12-13 Agustus 2022 di SICC (Sentul International Convention Center) menghasilkan suara bulat Partai Gerindra untuk mencalonkan Prabowo Subianto menjadi calon presiden dalam Pemilu 2024.
Pandangan yang disampaikan oleh seluruh DPD yang berjumlah 34 provinsi beserta sayap organisasi partai memohon kesediaan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto untuk maju kembali dalam ajang Pilpres 2024.
Prabowo Subianto menjawab permohonan tersebut dengan bersedia untuk dicalonkan Pilpres 2024.
Calon-calon presiden yang muncul saat ini baik di media sosial maupun usulan partai-partai politik dan para pendukung adalah Prabowo Subianto, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Puan Maharani yang paling sering didengungkan di media sosial dan WhatsApp group adalah nama-nama tersebut walaupun ada segelintir usulan nama lain yang sepi dukungan.
Dari nama-nama tersebut, saya ingin menggunakan analisa khalayak ramai yaitu BIBIT, BEBET, BOBOT maka berikut adalah analisa saya.
Prabowo Subianto
Bibit (asal muasal) Prabowo Subianto banyak ditemukan dalam referensi sejarah pergerakan pra kemerdekaan sampai saat ini bahwa beliau lahir dari keluarga pejuang politik.
Keluarga kakek buyut pada zamannya semua bekerja di pemerintahan, kakeknya Margono Djojohadikusumo adalah pendiri koperasi Indonesia, pendiri bank BNI 1946, Ketua DPA (Dewan Pertimbangan Agung) periode pada masa awal kemerdekaan Republik Indonesia.
Kisah tentang Margono Djojohadikusumo bisa dibaca dalam buku berjudul “Kenang-kenangan dari Tiga Zaman.”
Ayahnya Sumitro Djojohadikusumo selain sebagai seorang begawan ekonomi juga pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan dan Industri dan Menteri Riset baik selama Orde Lama maupun Orde Baru.
Kiprah Sumitro Djojohadikusumo dengan seluruh perjalanan hidupnya bisa dibaca dalam buku “Jejak Perlawanan Begawan Pejuang.”
Paman-pamannya yaitu Suyono dan Subianto adalah pahlawan tentara yang gugur dalam pertempuran Lengkong pada tahun 1946.
Bebet (status ekonomi dan sosial)
Sudah tidak perlu dijelaskan lagi karena semua orang se-republik ini sudah tahu status sosial ekonomi Prabowo Subianto. Orang kaya yang tidak pelit, yang tidak pencitraan dengan kekayaan dan apa saja yang sudah dikerjakan dengan kekayaannya.
Semisal mendirikan Universitas Kebangsaan (Saat ini rektor dari Universitas Kebangsaan tersebut adalah Sufmi Dasco), mencetak anak bangsa yang lebih berpendidikan dan berkualitas, gratis lagi.
Menyekolahkan anak-anak muda ke luar negeri, membentuk Gerindra Masa Depan dengan memberikan pelatihan nilai-nilai kebangsaan dan menjamin kahidupan mereka selama dalam pelatihan.
Prabowo membuat percontohan dan pengembang-biakan ternak kambing dan sapi di ranch Hambalang dan indukannya diberikan kepada kelompok-kelompok peternakan. Membangun dan memimpin citra Pencak Silat Indonesia dengan pencapaian yang luar biasa dan bahkan sedang diusulkan untuk ajang Olimpiade.
Bobot – Prabowo Subianto
Prabowo Subianto yang saat ini dipercaya sebagai Menteri Pertahanan sudah tidak diragukan lagi sebagai orang yang sangat tepat.
Prestasinya dari sejak menjabat sampai sekarang sudah dibuktikan kepada rakyat Indonesia.
Dalam segala hal, Prabowo selalu melakukan maksimal to the best. Begitu juga sebagai Ketua Umum Partai Gerindra.
Seluruh pendidikan dasar dan menengah diselesaikan di luar negri dan masuk AKABRI dengan prestasi hebat sehingga dilirik oleh presiden untuk dipinang menjadi menantu.
Jika ada yang masih nyinyir dan terus mengatakan bahwa Prabowo terlibat kerusuhan 1998, silahkan perbanyak referensi dengan membaca buku-buku yang tersedia, latar belakang dan menganalisanya sehingga anda bisa sampai kepada pemahaman yang tidak menyesatkan.
Anies Baswedan
Bicara tentang Anies Baswedan, sosok ini memang cukup naik daun sejak menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Proses Anies Baswedan mencapai posisi ini tidak lepas dari peran Prabowo Subianto sebagai Ketum Gerindra untuk mendukung dan memenangkannya dalam konstestasi tersebut setelah Anies diberhentikan sebagai Menteri Pendidikan oleh Presiden Joko Widodo.
Bibit – Anies Baswedan berasal dari keluarga pejuang politik juga, kakeknya Abdulrahman Baswedan tetapi tidak seperti Prabowo Subianto yang sudah turun temurun dari sejak kakek buyut bahkan diatasnya lagi.
Bebet – Anies Baswedan dari sosial ekonomi, dikenal sebagai sosok pendidik, sederhana dan filosofi tentang kejujuran yang sering disinggungnya.
Karena status ekonomi yang memang bukan konglomerat maka dalam Pilgub 2017 berpasangan dengan Sandiaga Uno tentunya bang Sandi inilah yang membiayai hampir seluruh kebutuhan ditambah peran partai Gerindra sebagai pendukung utama.
Bobot – Pendidikannya baik di dalam dan di luar negeri telah membuatnya menjadi sosok yang berwawasan luas, pandai berkomunikasi, humanis dan posisi terakhir sebelum menjadi menteri adalah Rektor Universitas Paramadina.
Anies juga sangat visioner dan dikenal dengan program Indonesia Mengajar.
Anies Baswedan mungkin cocok untuk menjadi pemimpin Indonesia masa depan, tetapi tidak sekarang.
Mengapa? Karena nilai bibit, bebet dan bobotnya masih kalah dibanding Prabowo Subianto.
Ibaratnya kalau nilai Prabowo 9, Anies 7.5 jadi masih ada beberapa langkah lagi untuk bisa menyamai atau sebanding.
Lebih tepat jika Prabowo Presiden maka Anies pembantunya di kabinet sebagai seorang menteri.
Anies harus mengaplikasikan filosofi kejujurannya dalam hal ini yaitu merenungkan bagaimana dia sampai di posisi saat ini dan jika ada seseorang yang lebih baik maka jujurlah untuk mengalah demi Indonesia yang lebih baik.
Kadang-kadang manusia mudah untuk tergoda dengan kekuasaan, dengan pujian dan diiming-iming, merasa berada di puncak padahal bisa saja itu hanya fatamorgana yang justru akan menuntun ke tempat yang salah.
Saya masih berharap kalau Anies saat ini akan lebih cerdas dan cerdik memainkan peran sebagai aktivis untuk kepentingan bangsa yang lebih besar.
Ganjar Pranowo
Ganjar Pranowo, kandidat berikutnya yang katanya dibackup oleh presiden tapi entah benar atau tidak, yang menjadi pro dan kontra di partainya sendiri PDIP.
Bibit – Silsilah keluarga tidak banyak diketahui dan dari informasi Wikipedia hanya disebutkan bahwa Ganjar anak dari seorang polisi sebuah desa di Karanganyar, Jawa Tengah.
Bebet – Lulus kuliah dari Fakultas Hukum UGM, bekerja di beberapa perusahaan artinya sebagai karyawan perusahaan, kemudian berkarir politik di PDIP, menjadi anggota DPR RI sampai akhirnya menjadi Gubernur Jawa Tengah sejak tahun 2013.
Bobot – Saat menjabat sebagai anggota DPR RI, nama Ganjar sempat terbawa-bawa kasus E-KTP yang merugikan negara sebesar 2,3 T.
KPK menetapkan beberapa tersangka dan nama Ganjar serta beberapa orang lainnya hilang dari sangkaan tetapi konon isunya Ganjar menerima USD 500.000 tapi entahlah karena toh dia lolos yang saat itu posisinya sebagai anggota DPR RI Komisi II.
Baru-baru ini beredar cuplikan video wawancara-wawancara Ganjar mengenai berbagai isu semisal bahwa dia menyukai menonton pornografi/film biru orang dewasa dan tidak ada yang salah dengan hal itu sebagai orang dewasa menurutnya.
Hal tersebut diungkap dalam podcast yang didengar oleh jutaan rakyat Indonesia termasuk bisa saja remaja dan dewasa muda yang tentunya kurang mengajarkan hal yang baik.
Pernyataan Ganjar yang membuat saya agak tercengang adalah “Politik itu adalah citra, maka semua harus dibangun dengan citra dan tinggal itu tadi konsistensi.”
Pantesan saya sering sekali melihat berbagai aktivitas dan kegiatannya yang berbau pencitraan termasuk juga ada foto masuk got!
Pernyataan lainnya “Anti korupsi itu adalah sikap, jika kamu berani anti korupsi dan kamu menolak gratifikasi maka kamu akan menjadi pengganggu di republik ini dan kamu akan dihabisi dengan cara apapun.”
Jujur saya bengong mendengar ini dan otak saya lantas otomatis ke kasus E-KTP tersebut.
Benarkah dia menerima gratifikasi karena takut dianggap pengganggu di negeri ini dan akan dihabisi? Mungkin hanya dia dan Tuhan yang tahu.
Dari pernyataan-pernyataan Ganjar seperti tidak menunjukkan diri bahwa dia adalah politis/pejabat.
Kok ceplas ceplos dan seperti sedang melecehkan jabatannya sendiri.
Buat saya nilai bibit-bebet-bobot Ganjar Pranowo minus, sangat belum memadai untuk menjadi pemimpin nomor 1 di negara Indonesia yang sangat besar dan kompleks ini.
Modal ganteng, senyam senyum rasanya kok belum cukup untuk menjadikan seseorang lolos dalam kontestasi calon presiden.
Puan Maharani
Terakhir Puan Maharani. Bicara tentang mbak ini agak gimana gitu ya. Sebagai sesama perempuan saya sangat berharap melihat para pemimpin perempuan di negeri ini adalah orang-orang yang hebat, hebat dalam arti pintar, cerdas, berbudi luhur, down to earth, berjuang untuk rakyat dan merasakan kehidupan rakyat miskin yang masih banyak di negeri ini tetapi bukan di slogan, bukan di pencitraan spanduk melainkan di kerja nyata.
Saya masih belum melihat karya-karya besar yang dilakukan oleh Puan Maharani sebagai pemimpin perempuan.
Bibit – Nama besar Soekarno kakeknya yang menjadi Presiden pertama RI, nama besar ibunya sebagai ketua umum partai yang juga menjadi presiden perempuan pertama RI, tidak lah heran kalau membawa Puan mencapai posisi saat ini yaitu sebagai Ketua DPR RI, posisi yang tidak main main, luar biasa kuat.
Bebet – Status sosial ekonomi selain sebagai keluarga mantan-mantan presiden tentunya sesuatu banget, dengan berbagai fasilitas negara dan usaha-usaha bisnis tentulah membuat Puan juga masuk dalam daftar orang sangat kaya di Indonesia.
Bobot – Belum banyak prestasi yang ditorehkan dalam berbagai jabatan politiknya, bahkan nama dia pun masuk dalam isu penerima suap E-KTP bersama dengan Ganjar Pranowo tapi lagi lagi tidak terbukti.
Prestasi saat menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia 2014-2019 juga belum terlihat nyata oleh publik. Revolusi Mental yang diinginkan oleh Presiden Jokowi Widodo belum juga terlihat dilaksanakan di kementerian terkait ini.
Belum lagi sikap kepemimpinan yang terjadi saat di kementerian dari penilaian anak buah dikatakan tidak “keibuan” dalam menghadapi persoalan persoalan, cenderung subjektif dan tidak jelas atau tegas.
Ternyata bibit dan bebet seorang Puan Maharani tidak serta merta menolong pembobotannya untuk menjadi calon presiden.
Jadi menurut saya masih minus juga.
Untuk itu tanpa mengurangi hak konstitusi sebagai warga negara untuk ikut pencalonan presiden, saya ingin mengetuk hatinya yang paling dalam untuk bertoleransi terhadap kepentingan bangsa dan negara yang lebih besar dibandingkan dengan keinginan untuk sekedar menjadi pemimpin negara nomor satu seperti kakek dan ibunya.
Jika ada argumentasi memimpin sebuah bangsa yang besar ini dengan alasan usia muda seperti Anies, Ganjar dan Puan dianggap lebih pantas karena usia daripada Prabowo, saya menjadi heran kok begitu sederhananya menentukan calon pemimpin hanya karena faktor usia.
Apakah umur menentukan suksesnya kepemimpinan? NO! Age is just a number.
Bahkan banyak riset yang dilakukan dengan hasil bahwa usia semakin tua semakin produktif dan bijaksana dalam tata kelola negara.
Untuk menjadi presiden yang dibutuhkan adalah pengalaman, pemikiran dan sikap dalam berbangsa dan bernegara, bukan fisik yang ganteng, cantik dan langsing tetapi keberlangsungan bangsa ini untuk terus maju dan mencapai tujuan yang diamanatkan dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia untuk mencapai kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia dapat terlaksana.
Saya kira saat ini Prabowo Subianto adalah orang yang telah membuktikan dirinya sebagai pejuang politik dengan sikap yang sangat toleran terhadap lawan-lawan politiknya dan telah membuktikan kemampuannya untuk menahan di tengah dinamika dan polarisasi politik yang tajam. Dibuktikan dengan memberikan dukungan kepada presiden terpilih.
Saya percaya di kemudian hari akan lahir generasi berikutnya seperti Sandiaga Uno, Anies Baswedan, Ridwan Kamil, Agus Hari Mukti dan yang lainnya sebagai next leader.
Bahkan di dalam Gerindra sendiri sudah muncul generasi baru diantaranya ketua harian saat ini Sufmi Dasco.
Untuk bangsa Indonesia yang sebentar lagi akan memilih calon presiden, semoga tulisan saya memberikan kontribusi terhadap pilihan-pilihan politik. JANGAN TERJEBAK DENGAN PILIIHAN YANG SALAH!
Salam Indonesia Raya, Jakarta, 13 Agustus 2022